SANG JAWARA

Pages

Minggu, 28 Juli 2013

DEMI MELIHATMU TERSENYUM, BU Part 1

Inilah sebuah kisah dari seorang anak yang hidup untuk mencari sebuah pengakuan dan kehormatan untuk Ibunya. Ia tumbuh di sebuah desa tempat dimana ibunya juga tumbuh dewasa, Purworejo. Ia adalah anak yang telah ditinggal oleh ayahnya sejak ia berumur 9 tahun. Ayahnya pergi entah kemana meninggalkan sebuah luka yang menggerus hatinya. Pasti rasanya sangat sakit dan malu jika mendengar olok-olok dari teman- temannya bahwa ia adalah anak yang tidak mempunyai seorang ayah. Ya memang benar itu fakta sih, ini sebuah awal dari perjuangannya untuk membela ibundanya dan seorang adik laki-lakinya.
Saat itu ia duduk di bangku kelas 4 SD. Hari itu adalah hari penerimaan rapor. Ia hanya menunggu ibundanya dirumah sambil nonton TV. Cuek saja tanpa rasa deg-degan sama sekali, tak peduli dengan apa yang akan tertulis di rapornya nanti. Tepatnya ba’da dzuhur ibunya pulang dari sekolahnya membawa buku bersampul kuning yang diletakkannya di keranjang sepedanya. Peluh keringat tampak di wajahnya dan menghampirinya, ibu tersenyum dan tiba-tiba memeluknya,”Selamat ya dapet ranking 1”, ucapnya. Tiba-tiba ia merasakan sesuatu yang sangat berbeda dari hari-hari biasanya, ia melihat sang ibu tersenyum lepas, senyum berisikan air mata. Oh my God what did happen? Sejak saat itu ia sadar bahwa hanya dengan sebuah prestasilah ia mampu membuat ibunya tersenyum. Kini ia selalu bersemangat untuk pergi sekolah dan menimba ilmu, demi senyum yang berisikan air mata tadi.
*************** ********************* ********************
Tinggal menghitung hari lagi Ujian Akhir Nasional tiba. Semangat belajarnya makin menjadi-jadi. Setiap hari tumpukan-tumpukan buku fotokopian itu dilahapnnya tak tersisa. Ia ulangi lagi dan lagi tanpa kenal lelah. Paginya untuk belajar, siangnya, sorenya,malamnya dan begitulah siklusnya setiap hari. Hingga saatnya tiba, hari dimana pertempuran dimulai. Lonceng dikumandangkan untuk memulai start ujian. 6 tahun sudah persiapannya untuk menyongsong hari-hari ujian ini. Yang ia pikirkan hanya satu, yaitu senyum yang berisikan air mata akan muncul lagi.
Setiap hari perjuangannya yang tak kenal lelah itu berbuah menjadi air mata haru juga. Harapannya terkabul juga mendengar Bapak Rujito selaku kepala sekolah SD nya mengumumkan  bahwa ia menjadi wisudawan terbaik di SD nya. Tak cukup itu ia juga menjadi wisudawan terbaik se kecamatan dan tercatat sebagai 10 wisudawan terbaik di Purworejo. Ketika ia melirik ke arah sang ibu ia melihat sang ibu hanya tertunduk dan sesekali mengusap air matanya dengan sapu tangan miliknya. Dalam hati ia sangat bersyukur atas rizki yang telah dkauniakan kepadanya hari itu. Benar-benar hari yang luar biasa.
************  ************************** ******************
Ia kini melanjutkan di sekolah menengah pertama yang tidak terlalu jauh dari rumahnya. Lingkungan baru dan harus beradaptasi lagi. Ia selalu deg-degan saat ada sesi perkenalan di depan teman-teman dan guru-gurunya, bukan karena ia tidak percaya diri, tapi ia takut jika ada pertanyaan “ayahmu kerjanya apa?”. Rasa malu itu masih jelas menjadi rasa yang selalu menghantuinya di lingkungan barunya. Maka ia putuskan sejak saat itu jika muncul pertanyaan seputar sang ayah ia akan menjawab bahwa ayahnya telah meninggal sewaktu ia kecil. Ia akan mengubur segala sesuatu yang menyangkut tentang sang ayah dari pikirannya.
Di masa pubertas ini ia tumbuh menjadi remaja yang nakal dan nyleneh di kelas. Mungkin ia selalu ingin dianggap ada oleh lingkungan sekitarnya. Karena kenakalannya suatu hari temannya kesal padanya dan marah kepadanya,”dasar kurang ajar” teriak ryanto, lalu nawi menambahkan,”maklum anak gak punya bapak”. Rasanya benar-benar sakit, sejak saat itu ia benci dengan masa-masanya di SMP.
Masih kecewa sih rasanya, tapi kini paling tidak ia punya 2 alasan untuk tetap berprestasi, selain ingin melihat senyum yang berisikan oleh air mata haru, ia juga ingin membuktikan pada teman-teman yang telah menghinanya,”ini loh anak yang gak punya bapak bisa lebih pinter dari kalian! Ini loh !!”, teriaknya dalam hati.
******** ************************* ************************
Suatu hari ada yang mengganjal di hatinya melihat beberapa temannya diikutsertakan dalam lomba-lomba .”Aku iri, aku pengen ikut”, serunya dalam hati. Melihat teman-temannya ada yang ikut lomba mapel,lomba cerdas cermat,dll. Ia mulai ingin melihat bagaimana persaingan di luar sana? Tapi hingga pada akhirnya kesempatan itu tak pernah didapatnya. Bagai pelandak yang merindukan bulan.
**************** ************************* ************
Saat itu adalah hari penerimaan rapor di semester 2 kelas VIII. Peringkatnya melorot, ia sedih, ia kecewa karena merasa gagal dan bersalah kepada sang ibundanya. Ia pun meminta maaf kepada ibundanya. Dibalik kekecewaan sang ibunda, ia masih bisa memberikan senyum manis kepada buah hatinya itu. “Gakpapa yang penting kamu udah berusaha, mau kursus bahasa inggris?”, tanyanya. Ia masih ragu-ragu antara iya atau tidak mengingat harus mengeluarkan dana lagi untuk biaya kursus, belum lagi uang pembangunanpun juga belum terlunasi. Tapi mengingat nilai bahasa inggrisnya yang hancur walau sudah berusaha semaksimal mungkin ia menyetujui penawaran ibundanya.
Berangkatlah ia seorang diri dengan sepeda kesayangannya di desa ujung barat sana. 35 menit ia pun tiba ditempat kursus, gurunya bernama Mr. Tono. Guru ini tampak ramah dan antusias menyambut kedatanganku. Setelah membayar uang pendaftaran akhirnya aku pulang membawa buku-buku grammer dan tenses baru dari Mr. Tono. Aku mendapat jadwal les 2 kali dalam seminggu.
Disinilah pertarunganku dimulai lagi dengan momok yang aku takuti selama 2 tahun menimba ilmu di SMPku ini. Pertarungan dengan bahasa inggris. Hari pertama aku les Mr. Tono langsung memberiku beberapa lembar foto kopian vocabulery. Aku hanya menerimanya dan tetap duduk tenang membaca daftar kosa kata itu. “Tolong kamu hafal sedikit demi sedikit, setiap kali pertemuan kamu salin minimal 25 kosa kata yang telah kamu hafal, begitu seterusnya sampai kamu hafal semua”, kata beliau. Metode yang menurutnya tepat sekali, tiap pertemuan ia selalu meningkatkan kuantitas menghafalnya, bahkan sekarang ia selalu menghafal kosa kata baru tiap harinya. Tiada hari tanpa menghafal kosa kata.
Sempat kaget menerima hasil nilai semester pertama dalam mapel bahasa inggris. 93, ini luar biasa sekali mengingat sebelumnya ia selalu mendapat nilai bahasa inggris dibawah 60. Ia mengucap beribu terimakasih kepada ibundanya yang telah menawarinya kursus selama ini, tak lupa ia juga mengucap terimakasih kepada Mr. Tono. Ia hanya harus terus mengasah kemampuannya lebih dalam lagi dan mempertahankan konsistensinya. Kini tidak ada momok yang menakutkan lagi di hari-harinya, bahkan bahasa inggris menjadi salah satu mata pelajaran yang sangat disukai olehnya.
******** ******************************* ****************
Suasana yang tidak asing lagi ketika tiba di sekolah terlihat banyak siswa-siswi yang tengah serius membaca buku, maklum hari ini adalah hari Ujian Nasional. Telah 3 tahun lamanya ia tidak merasakan hari yang super menegangkan ini. “Rasa nervous itu sih pasti datang tapi senyum yang berisikan air mata itu juga wajib hadir kembali”, serunya dalam hati.
**************** ******************** *******************
Dan bagaimanakah hasil ujian anak tersebut? Dapatkan senyum haru dari wajah sang ibu terlihat kembali? Dan dimanakah anak tersebut akan melanjutkan sekolahnya? Nantikan di episode selanjutnya :D







separador

1 komentar:

Zaitun Hakimiah NS mengatakan...

yak,, ditunggu kelanjutannya ^^

Posting Komentar

Blog Archive

Followers